Bismillaah…..
Sambil di rumah saja dan social distancing, mari kita pelajari reaksi Taiwan terhadap COVID-19.
✍️ Beberapa pasien yang mengalami pneumonia yang ‘tidak biasa’ ditemukan di sebuah rumah sakit di Wuhan pada 26 Desember 2019.
❓Satu minggu setelahnya, apa tanggapan resmi negara-negara di dunia?
✍️ Waktu itu, manusia belum tahu penyebab penyakit ini apa. Penyebab sedang diselidiki.
✍️ WHO-pun baru mendapat notifikasi resmi dari pemerintah China tentang kasus yang tidak biasa.
✍️ Jadi, WHO belum mengumumkan peristiwa ini sebagai potensi wabah.
Yang menarik adalah reaksi dari Taiwan.
✍️ Belajar dari wabah SARS tahun 2003, mereka segera bereaksi cepat.
✍️ Mulai 31 Desember 2019, otoritas Taiwan wajib memeriksa pesawat dengan direct flight dari Wuhan.
Petugas masuk ke dalam pesawat, memeriksa semua penumpang sebelum mereka turun dari pesawat.
Yang mengalami gejala yang mencurigakan dikarantina di rumah dan terus diawasi/dimonitor apakah gejala memburuk dan memerlukan perawatan di rumah sakit.
Ini adalah respons awal Taiwan terhadap potensi wabah.
❓Bagaimana respons selanjutnya?
📚 (Timeline respons Taiwan terhadap COVID-19 diterbitkan di Journal JAMA tanggal 3 Maret 2020.)
Kita lompat ke hasil.
✍️ Sampai 24 Februari 2020, kasus positif COVID-19 di Taiwan ‘hanya 30 kasus’. Kasus ini jauh di bawah prediksi karena Taiwan diperkirakan akan terdapat kasus yang lebih banyak.
✍️ Sebanyak 80% warga Taiwan puas dengan kinerja kementrian kesehatan.
✍️ Sebanyak 70% warga Taiwan puas dengan kinerja presiden.
Apa sebenarnya yang dilakukan Taiwan? Apakah luar biasa atau biasa saja? Apa yang membedakan negara ini dengan negara lainnya?
Sahabat dapat saksikan resume artikel yang dipublikasikan di jurnal JAMA tersebut pada video di bawah ini.
Semoga bermanfaat,
Wassalam
M. Sopiyudin Dahlan
Epidemiologi – Founder Metode MSD
0 Comments